Me_sulis

Monday, May 14, 2012

We're not lost, We're on an adventure - Pangandaranaway Episode 5

Pesisir Selatan Jawa Barat Jalur Seribu Jembatan

Pangandaranaway 6-8 April 2012 Episode 5

Minggu dinihari tanggal 8 April pukul 00.45, tiga motor tiger warna hitam Nusantaride (Silverster, Knight Fox & Dreamer) mulai menderu membelah perkebunan Mira Mare. Jalan berliku menuju Pameungpeuk kami tempuh pada kecepatan rata-rata meski kondisi jalan mestinya dapat ditempuh lebih cepat. Mungkin badan kami telah lelah tapi perjalanan terus lanjut.
Tiba di Pameungpeuk kami agak celingukan menentukan arah simpangan jalan yang harus diambil. Pak Ija tampak melihat-lihat GPS. Tampaknya arah sudah benar dan kami mengarah menuju Cikelet. Sayang ini perjalanan malam hari, padahal ada pantai Santolo di jalur kami.

Dari Cikelet mulailah kami memasuki jalan yang saya sebut Seribu Jembatan karena banyaknya jumlah jembatan yang tak terhitung lagi oleh saya. Kami terus melaju seiring rembulan yang mengikut hingga ke barat.

Cijayana telah dilewati dan karakter jalan Seribu Jembatan mulai berubah. Walau masih dekat dengan pesisir, jalan menuju Jayanti ini banyak diselingi jalan menanjak kemudian menurun menjelang jembatan. Tanjakan dan turunan curam yang sepi kadang kami lalui tanpa menekan pedal rem. Motor yang melompat dan menghempas membuat Knight Fox-nya Icay kewalahan. Dia berjalan pelan sambil mengecek kendaraannya, karena ada bunyi-bunyian seperti bagian motor yang akan lepas. Kami berhenti sebentar mengecek motor Icay, memasang kembali baut braket boks pada rangka yang sudah hilang lepas. Sementara Pak Ija kehilangan mika cover side penutup aki Silverster.

Perjalanan kami teruskan menuju Jayanti. Waktu sudah hampir subuh, kami berjalan pelan menelusur dan akhirnya berhenti di sebuah pos ronda di depan rumah penduduk di Jalan Pelabuhan Jayanti. Tenda lagi-lagi tidak jadi kami buka. Pos ronda ini layak dan dapat dijadikan tempat istirahat tidur. Setelah mengunci motor masing-masing, kami membuka matras dan sebentar saja langsung pulas tertidur.




Pukul 6:00 saya terbangun oleh suara kendaraan dan lalu-lalang orang yang berolahraga pagi. Matahari mulai menerangi Jalan Raya Pelabuhan Jayanti. Rumah-rumah penduduk di belakang Pos Ronda yang kami pakai sudah menampakkan kegiatan rutinnya. Saya temui salah satunya sekaligus menerangkan keberadaan kami di situ. Umumnya mereka malah dengan santun meminta maaf karena tidak mendengar kami datang jadi tidurnya di Pos Ronda. Pak Ija tampak memesan kopi dan gorengan sebagai pengganjal perut. Di tempat ini kami berkenalan dengan Mang 'Ewet' Dadang, sosok figur super ramah warga Jayanti.


Pukul 7:00 mulai start menuju Cidaun, di Cidaun rencana belok ke arah Naringgul terus Ciwidey Bandung batal. Nusantaride terus mengarah ke barat menuju Sindang Barang. Jalan dari Cidaun ke Sindang Barang sebagian masih belum diperbaiki. Tipikal jalan berlobang besar kembali kami temui. Bunyi-bunyian aneh di motor Icay kembali terdengar tapi ketemu juga penyebabnya, ternyata baut pegangan knalpot musti dikencangkan.

Di Sindangbarang, lagi-lagi kami terus ke barat. Rambu hijau besar petunjuk arah jalan terlihat rubuh tergeletak di tepi jalan. Mungkin ini juga kenapa Pak Ija yang ada di depan tidak belok ke kanan arah Cianjur tapi ambil lurus menuju arah Tegalbuleud Sukabumi. Apalagi setelah jembatan Sindangbarang, jalanan tampak mulus dan berliku. Kedua teman saya itu kembali ngacir tanpa dapat saya ikuti. Saya nikmati sendiri perjalanan melewati pemukiman yang lumayan ramai. Karakter jalan yang kadang beton kadang aspal, tikungan dengan kemiringan yang minimal, tinggi permukaan yang berbeda dengan tanah di sekitarnya serta letak pemukiman yang begitu dekat dengan jalan, saya nilai berpotensi dapat menimbulkan kecelakaan.


Sayangnya jalan mulus ini sekitar 10 km-an saja, selanjutnya kondisi jalan rusak ada di hadapan saya. Tampak Icay dan Pak Ija menepi sambil membenahi motor. Perbaikan jalan baru sampai di titik ini. Kemungkinan jalan rusak akan terus kami temui hingga Kiara Dua Sukabumi. Makanya diputuskan kembali ke Sindangbarang dan masuk ke jalur menuju Kota Cianjur. Kendaraan-kendaraan yang lewat situ, rata-rata melihat ke arah kami, demikian juga penduduk sekitar. Mereka mungkin mengira ini klub motor dari Jakarta yang kesasar sampai ke situ. Ah jadi teringat lagi sebuah slogan yang akrab di telinga saya, I'm not lost, I'm on an adventure.


Jadinya kami kembali mengarah ke timur masuk kota Sindangbarang Cianjur Selatan. Di Mesjid Agung Sindangbarang yang terletak di sebelah barat alun-alun kota, roda dua kami parkir untuk beristirahat. Waktu masih pukul 9 pagi lewat sedikit tapi cuaca kota pesisir terasa sangat terik. Kesempatan buat menjemur yang basah oleh hujan tadi malam. Pak Ija tampak menyeting ulang shock roda belakang dan Icay pilih merebah badan. Saya sendiri langsung MCK dan mandi membersihkan badan.

Eh mau kemana lagi kita?

Bersambung ke Curug Ayang - Pangandaranaway Episode 6
Kembali ke Menelusur Jalur Patah Hati - Pangandaranaway Episode 4

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Dedicated for Nusantaride | Designed by Info Mancing