Masih di jalur alternatif penghubung pantura ini, di KM15, saya memperlambat laju motor sesaat melihat di depan banyak kendaraan roda dua menepi di kiri kanan jalan. Rupanya terjadi kecelakaan tunggal, sebuah sepeda motor berboncengan dari arah Indramayu jatuh di tikungan dan menghantam pohon di sisi jalan. Walau sudah banyak yang berhenti untuk menolong, kami tetap ikut berhenti melihat keadaan korban. Untungnya tidak ada luka berarti, hanya baret-baret saja. Anehnya, dalam 30 menit terjadi lagi 3 kecelakaan serupa pada tikungan yang sama. 4 motor yang jadi korban, 2 masih bisa dikendarai sedang 2 lainnya harus dibawa ke bengkel. Saya dan istri menunggu selama 2 jam di tempat kejadian menemani para korban dan membantu mencarikan mobil bak buat mengangkut motor ke bengkel.
Sebelum beranjak dari lokasi yang aneh ini, saya coba jalanin jalur tersebut. Saya perhatikan, tikungan tidak terlalu tajam tapi permukaan jalan kemiringannya hampir rata dan sisi jalan jauh lebih tinggi dari permukaan tanah sehingga terlihat seperti lubang. Sementara analisa saya secara logika, kemungkinan saat pengendara memasuki tikungan, ada kecenderungan tekor akibat kemiringan jalan kemudian kaget melihat sisi jalan yang menganga dan spontan mengerem laju kendaraan yang hasilnya malah motor sulit untuk dibelokkan. Sayang saya terlupa menurunkan kamera untuk merekam suasana jalan tersebut.
Hasil tanya-tanya dengan penduduk setempat, katanya tikungan tersebut sudah terkenal keangkerannya, terutama di sebuah pohon besar di sisi jalan. Mereka bahkan mengatakan, hari kemarin disaat jalur padat malah 10 pengendara motor yang terperosok. Dulu ada rambu peringatan bahaya tapi sudah dicabut oleh tangan-tangan jahil. Waduh!
Sebenarnya 1 km dari situ ada jalan tembus menuju Buah Dua, namun saya putuskan untuk melewati jalur tersebut hingga Cikawung. Lewat sini, kami temui jalan beton yang lurus sepanjang 10 km. Sampai Cikawung ambil jalur yang ke kanan ke arah Cijelag menuju Sumedang.
Kami kembali menelusur jalan aspal berlobang menuju Conggeang. Jalan yang kering berdebu dalam cuaca terik panas serta melewati hutan-hutan jati dan ladang-ladang yang kering, membuat kami ingin segera sampai tujuan. Kondisi ekstrim di sini nanti akan berbeda setelah memasuki wilayah kaki Gunung Tampomas yang subur. Sampai di pertigaan pasar Conggeang, kami belok ke kanan ke arah Buah Dua. Kami sampai di tujuan hampir pukul 10 siang. Perjalanan yang biasa kami tempuh selama 4 jam tapi kali ini melorot hingga 7 jam. Tapi kami puas, karena ada hikmah dan pelajaran yang dapat kami ambil.
Tambahan foto: sesuatu yang sulit kita dapatkan di kota:
0 comments:
Post a Comment