Me_sulis

Friday, May 4, 2012

Keindahan Alam Sumedang - Pangandaranaway Batu Karas Episode 1

Nusantaride Event Gathering ke Batukaras - Pangandaran Ciamis Jawa Barat 6 - 8 April 2012

Pangandaranaway 6-8 April 2012 Episode 1

Dalam mengisi libur panjang di awal April ini, Nusantaride Forum kembali mengadakan gathering bertajuk Pangandaranaway di koordinat Lat: 7°44'57.53"S Lon: 108°29'57.03" pada tanggal 6 - 8 April 2012. Titik temu tersebut bila dilihat pada Google Earth adalah lokasi wisata Batu Karas (Katukaras) di Cijulang Kabupaten Ciamis, sebuah lokasi wisata setelah Pangandaran. Seperti biasa Nusantaride hanya memberikan titik lokasi gathering dan peserta yang akan hadir dapat menentukan sendiri jalur menuju ke tempat tersebut.

Saya sendiri sebelumnya sudah merencanakan untuk keberangkatan ke Pangandaranaway ini akan melewati jalur alternatif yakni Jakarta - Cikampek - Sadang - Subang - Jalan Cagak - Tanjung Kerta - Sumedang - Wado - Malangbong - Tasikmalaya - Ciamis - Banjar - Pangandaran.

Tak ada persiapan khusus untuk acara ini, saya sudah beberapa kali ke Pangandaran dan si Dreamer, tiger hitam yang saya kendarai juga sudah general check up sebelum keberangakatan Ranau Escapade 2 minggu lalu. Jadi tinggal ganti oli saja, cek roda dan rantai, dan siap berangkat. Yang agak riskan justru tekanan ban depan yang selalu berkurang tiap beberapa jam. Untungnya jalur yang saya rencanakan merupakan jalur yang telah beberapa kali saya lewati sehingga tidak ada kekhawatiran tidak menemukan kios tambal ban. Kalau terus-terusan tekanan angin berkurang ban depan yang tubeless ini masih bisa diakali dengan memakai ban dalam.

Kamis tanggal 5 April 2012, tepat pukul 19:00 wib, saya telah siap berangkat langsung dari kantor di daerah Menteng. Rekan Yance yang kali ini absen di acara Nusantaride Pangandaranaway, ikut membantu mengemas tenda pack ke motor saya. Dan brumm... brumm... Dreamer mulai melaju meninggalkan halaman parkir menuju jalan raya.

Jakarta malam itu kurang bersahabat, dari perempatan Menteng Park memasuki jalan HR Rasuna Said merayap hingga Pasar Festival. Saya belok kiri memasuki jalan Casablanca menuju ke arah timur. Makan malam, duduk ngopi dan isi bensin saya lakukan sebelum memasuki Kalimalang. Sengaja saya mengulur waktu berangkat pada saat kemacetan sudah terurai.

Jam 20:00, kembali saya lanjut berkendara menelusur ke arah timur. Dari Jalan Jend. Basuki Rachmat berbelok kanan ke Jalan Revolusi kemudian belok kiri di perempatan Kalimalang. Ah ternyata kurang malam, jalan sejajar sungai ini jam segitu masih juga terlihat padat. Puluhan roda 2 turut mengiringi perjalanan saya hingga masuk Kota Bekasi, antrian panjang roda 4 saya lewati dari sisi kiri. Jalan baru agak senggang setelah Mal Bekasi.

Memasuki libur panjang akses dari Jakarta ke luar kota seperti biasa selalu dipadati kendaraan. Begitu pun lintas Kalimalang ini menunjukkan fenomena serupa. Begitu sampai di Lambang Jaya Bekasi, lalulintas mulai tersendat dan bahkan sampai tak bergerak. Dari arah berlawanan hanya roda 2 saja yang dapat lewat. Terlihat di seberang sungai tampak puluhan motor berjalan perlahan menapaki jalan rusak, wah ini pertanda perempatan Gandasari Cibitung pada akses masuk jalan tol dipadati antrian kendaraan. Makanya saya putuskan balik arah mencari jalan alternatif lain. Mengikuti motor-motor penduduk setempat melewati jalan pintas pemukiman hingga tembus ke Lintas Pantura Tambun.

Meski hampir pukul 10 malam, Lintas Pantura hingga Cibitung dipadati antrian kendaraan namun roda 2 dapat menembusnya dengan mudah. Cibitung hingga Cikampek lancar, dan kemacetan kembali terlihat pada ruas Jomin akibat kepadatan kendaraan yang keluar dari Tol Cikampek.
Kurang lebih 2 jam perjalanan dari Cibitung, saya masuk ke SPBU Cimaung Sadang. Niatnya rehat kopi, tapi ngantuk begitu dahsyat menyerang. Ya sudah, bangku panjang beralas kardus dan bantal lipatan rompi jaket mengantar saya ke dunia mimpi.

Menjelang pukul 3 dini hari, saya terbangun dan kembali menyiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan. Jalan menuju kota Subang tampak sepi dari lalulintas. Angin dingin yang menerpa tubuh dan wajah menemani saya sepanjang perjalanan. Selepas Subang, jalan menanjak tinggi hingga Cijambe. Sesekali saya melirik bulan yang mulai condong ke barat. Purnama yang indah saat itu. Bulan bagaikan bola putih yang bertengger arogan di atas perbukitan.

Di Pertigaan Tugu Nanas Jalan Cagak, saya belokkan motor ke kiri memasuki jalur alternatif menuju Sumedang. Angin terasa semakin dingin bagai menusuk hingga ke tulang. Kondisi cuaca tampak berubah, rupanya selepas Cisalak, kabut padat menghalangi pandangan. Saya turunkan kecepatan karena jarak pandang ke depan begitu pendek. Sorot lampu tambahan pada motor tak mampu menembus kabut.

Melewati Tanjung Siang kabut menghilang. Dan alam seakan menggoda sesampainya saya di Tanjung Kerta. Langit di sisi kiri tampak memerah menerangi Gunung Tampomas. Saya harus berhenti, menunggu Sang Fajar muncul di ufuk timur.


Dataran tinggi Kabupaten Sumedang pagi itu mengantarkan anugrah Tuhan lewat pesona alamnya. Kesejukan udara dan hijaunya lingkungan pegunungan membuat mata, pikiran dan hati terasa damai.


Perjalanan kembali saya lanjutkan. Di sepanjang jalan menuju Kota Sumedang, irama kehidupan pedesaan yang harmoni membuka pagi yang cerah. Penduduk desa yang ramah tampak mulai keluar dari rumah mereka. Ada yang ke sawah, ada yang menyapu membersihkan halaman, ada yang sabar mengantri hasil karya nenek Sang Penjual Serabi, ada pula yang tampak melipat tangan di tepi jalan menunggu angkutan yang akan mengantarnya ke tempat kerja.


Meski hanya melihat dan tak singgah, tapi saya akan merindukan suasana seperti itu.
Foto-foto lain  dalam episode Keindahan Alam Sumedang:


Bersambung ke Membuka Hari di Wado Malangbong - Pangandaranaway Batu Karas Episode 2

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Dedicated for Nusantaride | Designed by Info Mancing