Me_sulis

Monday, May 14, 2012

Curug Ayang - Pangandaranaway Episode 6

Keramahan Cianjur dan Pesona Air Terjun di Pegunungan yang sejuk

Pangandaranaway 6-8 April 2012 Episode 6

Setengah dua belas siang, Nusantara Riders meninggalkan halaman parkir menuju jalan raya lalu belok kiri mengarah ke Cianjur. Cuaca terasa panas dan aspal bagai menguap. Jalan kadang lurus dan kadang berliku mengikuti bentuk Sungai besar Cisadea yang ada di sisi kiri. Pak Ija belum lagi tampak di belakang. Saya dan Icay menepi sambil bercakap-cakap.
"Berapa lama lagi sampai Cianjur?" tanya saya pada Icay.
"Paling 1 jam lagi Pak!" jawabnya.
Walau hanya sebagian wajahnya yang terlihat tapi saya yakin teman saya ini tersenyum atau bahkan cengengesan sepertinya. Ah bodohnya saya bertanya seperti itu, meski masih 1 hari lagi ke Cianjur pasti tetap akan saya jalani.

Pak Ija sudah kembali bergabung. Berkendara dengan roda dua di cuaca panas seperti ini malah membuat mata saya berat. Rasa kantuk yang amat sangat menyulitkan untuk berkonsentrasi. Di Cisalada saya melihat rambu besar hijau petunjuk arah, terbaca jelas, Cianjur 98 KM. Saya tertawa dalam hati mengingat canda Icay tadi, sesuatu yang tak mungkin menempuh jarak sepanjang itu pada jalan berliku yang melewati pegunungan dan membelah hutan dalam 1 jam.

Jalanan terus menanjak dan menanjak, sungai yang mengikuti kami berpisah entah dimana. Panas pesisir berganti dengan kesejukan hawa pegunungan. Seketika saya merasakan tubuh kembali segar. Melihat pepohonan hijau dan bentukan alam yang kokoh yang kami sebut gunung. Semangat saya kembali bangkit memacu motor yang tadi berkali-kali disusul oleh gadis-gadis berkendara matic yang boncengan bertiga.

Icay seperti anak yang tak mau kehilangan ayahnya, menempel rapat motor di depannya. Ah sayang, baterai kamera belum sempat di-charge, jadinya keasyikan berpacu keduanya tidak sempat saya rekam. Satu, dua gunung sudah kami lewati dan kini jalan cenderung menurun. Dan tibalah kami pada sebuah jembatan besar yang membentang di atas sungai Cibuni.



Pak Ija menunjukkan sebuah curug kecil (jeram) agak tersembunyi kira-kira 30 meter dari jembatan ke arah hulu. Saya tidak tahu nama jeram ini, karena tidak ada penduduk sekitar situ. Setelah puas foto-foto di lokasi sungai Cibuni, kami terus menelusuri jalan Cibinong Pagelaran yang bersisian dengan tebing. Jalur berliku dan menanjak dengan hawa sejuk.


Tak sampai lima menit perjalanan, tepat di sisi jalan menghadap tebing. Sebuah air terjun mengucurkan airnya yang jernih dari ketinggian sekitar 20 meter. Spontan pasang aksi dan gaya, kami berfoto-foto di sini. Saya sempat bertanya pada orang setempat nama air terjun ini. Curug Sawer, nama yang banyak dipakai oleh air terjun di Jawa Barat. Sudah ada Nusantara Rider lain posting foto Curug ini. Namun kami ingin menggugah rasa keingintahuan teman-teman lain dengan temuan kami berikutnya.


 

 


Rasa lapar kembali mendera. Hujan rintik mulai turun. Beberapa tikungan dari Curug Sawer kami berhenti istirahat makan siang di sebuah tempat makan bernama Warung Mamah Ayang di desa Bojong Petir. Pemiliknya, sepasang suami istri yang sangat ramah menyambut dan menanyakan awal perjalanan kami. Dibantu dua anaknya, laki-laki seusia SMP dan yang perempuan kira-kira baru lulus SMA, mereka dengan cekatan melayani pengunjung yang makan di situ. Sate kambing, gulai dan beberapa menu lainnya menjadi santapan nikmat rider-rider yang kelaparan.


Rekan Icay sesekali mengernyitkan alisnya pada saya ketika Sang Gadis lewat. Oh rupanya ada mahluk manis di warung makan ini. Nama panggilannya singkat saja Ayang, warung makan ini milik ibunya, makanya bernama Warung Mamah Ayang. Dan keramahtamahan mereka belum akan usai. Ketika Pak Ija menanyakan adakah tempat buat kami beristirahat, sungguh tak dinyana, si Ibu segera memerintahkan anak-anaknya untuk menyiapkan ruang tamu rumahnya dan mempersilahkan kami beristirahat.

Agak sungkan juga sebenarnya, kami bertiga sudah merepotkan dengan mencabut semua peralatan listrik untuk dipakai men-charge selular, makan pun belum kami bayar, eh ini malah minta tempat tidur. Tapi itulah ketulusan masyarakat Indonesia pada umumnya yang tercermin pada layanan keluarga Ayang pada Nusantaride. Tentu ini akan kami apresiasi setinggi mungkin kami bisa. Dan memang tubuh saat itu butuh istirahat, 2 jam tidur tentu akan memberi tenaga baru buat kami melanjutkan perjalanan.

Sebelum beranjak dari warung makan ini, tak lupa kami menghaturkan terima kasih atas keramahan keluarga Ayang. Lanjutan perjalanan menjelang maghrib ini adalah menuju Kota Cianjur. Bojong Petir - Sukanagara menuju Cipetir terletak di ketinggian pegunungan. Berkali-kali motor kami harus mendahului truk dan mobil bak pengangkut hasil bumi yang berjalan pelan.



Di sebuah SPBU di Cipetir, motor-motor Nusantara Riders gantian butuh tambahan isi. Sekaligus kami rehat kopi sambil postingan lewat BBM. Aha, koordinat Curug Sawer yang Pak Ija posting sebenarnya adalah Warung Mamah Ayang. Heboh-heboh, jadilah nama curug tersebut menjadi Curug Ayang.

Pukul 21:00 wib, adalah kepulangan kami menuju Jakarta. Rasanya tak ada yang perlu diceritakan karena ini seperti perjalanan biasa. Lalulintas menjelang tutup liburan via jalur Puncak yang ramai. Di Bogor kami sempatkan makan malam sebelum kemudian berpisah. Kami saling bersalaman dan berharap bisa riding bareng lagi suatu saat nanti. Terima kasih buat semua teman-teman Nusantaride yang datang di Event Pangandaranaway. Terima kasih Pak Ija dan Icay, sungguh suatu pengalaman yang sangat berkesan buat saya.

Ride the Archipelago!

Kembali ke We're not lost, We're on an adventure - Episode 5

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Dedicated for Nusantaride | Designed by Info Mancing