Me_sulis

Friday, May 4, 2012

Membuka Hari di Wado Malangbong - Pangandaranaway Batu Karas Episode 2

Keindahan Dataran Tinggi Cikareo pada jalur Wado - Malangbong

Pangandaranaway 6-8 April 2012 Episode 2

Jum'at pagi 6 April 2012 pukul 6.15, Kota Sumedang sudah mulai ramai. Penjaja asongan terlihat berebut naik bis antar kota yang tertahan di lampu merah. Saya melaju terus di jalan Prabu Tajmalela yang mengarah ke jalur alternatif Wado - Malangbong. Di ujung pertigaan jalan ini, persis sebelum belok ke kiri arah Situraja. Saya stop di Kios Tambal Ban untuk cek tekanan angin roda depan. Si bapak untungnya mau juga saya minta untuk memeriksa kenapa ban depan motor saya selalu minta diisi. Alhamdulillah ketemu juga penyakitnya, rupanya pentil ban sudah patah minta diganti.

Selesai penggantian pentil roda depan, mata saya tidak dapat kompromi lagi. Saya tanya sama bapak penambal ban, siapa pemilik bangku panjang di pinggir warung, saya mau pakai buat istirahat tidur. Eh si bapak malah bilang, kalau mau tidur di warung kosong sebelah kios saya saja pak. Saya longok warung Tahu Sumedang tak berpintu yang ditunjuk oleh si bapak, aha, ternyata ada bale beralas tikar dan bantal kumal. Tak lupa berterima kasih pada si bapak, saya segera mengunci motor, membuka matras lalu rebah di bale warung itu. Sebentar saja, saya sudah terbuai mimpi.

Kira-kira 2 jam kemudian saya terbangun, sebotol air mineral habis untuk minum, berkumur, dan membasuh muka. Saat itu saya lihat, sebuah Pulsar Merah menderu dan menikung menuju Situraja. Sepertinya motor yang saya kenal. Semangat saya bangkit seketika, segera saya bersiap-siap, pakai helm dan sarung tangan. Motor saya nyalakan dan mulai melaju mengarah Kota Wado.

Siang menjelang dan langit tampak cerah. Pulsar warna merah yang saya yakin pemiliknya adalah Haryo Widodo tampak terlihat berkendara dengan boncengernya. Kebetulan di SPBU Situraja, mereka berhenti. Saya pun ikut pula berhenti. Kesempatan istirahat stop di SPBU seperti biasa saya manfaatkan untuk sekalian membersihkan badan. Ngobrol sebentar dengan Haryo dan berkenalan dengan boncengernya lalu saya pamit ke warung kopi di seberang SPBU mencari segelas kopi dan menghabiskan sebatang rokok. Saat itu saya lihat, 2 Nusantara Rider tampak pula masuk ke area SPBU. Rangga 'eRBe' Bachri plus boncenger dan Cahyadi 'Icay'Yusuf.


Saya kembali masuk ke SPBU, menyapa rekan-rekan dan berkenalan dengan boncenger RB. Meski ketemuan juga di sini dan memiliki tujuan yang sama, kami tetap bersepakat meneruskan perjalanan sendiri-sendiri. Haryo duluan meninggalkan kami, kemudian saya pamit jalan meninggalkan RB dan Icay.


Seperti Cagak - Sumedang, jalur alternatif Wado - Malangbong juga menyajikan pemandangan indah. Saya sempat berhenti sebentar mengambil gambar di ketinggian Cikareo sebelum lanjut ke tujuan.


Masuk Malangbong pada Jalur Selatan menuju Jawa Tengah, waktu telah menunjukkan pukul 11 siang dan lalulintas tampak dipadati kendaraan-kendaraan besar. Jalan yang menanjak menghambat laju kendaraan sejenis bis dan truk. Jalur cukup lebar sehingga roda 2 leluasa menyalip dari sisi kanan antrian. Cuaca mulai terik saat memasuki Kota Tasikmalaya, saya pilih lintas Cihaurbeti melabas jalan lebar menuju Ciamis.


Hujan mulai turun rintik-rintik pada awalnya, saya terus saja tanpa menghiraukan air yang jatuh membasahi pakaian. Kadang hujan berhenti sebentar lalu turun lagi agak deras. Saya putuskan beristirahat makan siang di sebuah warung nasi kecil di daerah Karang Mulyan. Satu jam saya habiskan untuk isi perut sambil menunggu hujan reda.

Motor kembali melaju di jalan mulus Ciamis Banjar, rombongan panjang klub-klub motor dari arah barat tampak pula mulai melintas ke arah timur. Saya berusaha ambil jarak untuk mendahului atau didahului oleh iring-iringan roda dua tersebut. Lengking klakson dan acungan jempol menjadi tanda salam dan keakraban.

Mendekati Kota Banjar, air kembali turun membanjiri tanah dan jalan yang saya lewati. Sisi selatan Jawa Barat rupanya memang sedang diliputi awan namun hujan turun secara berkala, kadang deras, kadang rintik. Saya kembali menepi untuk berteduh di tempat cucian motor. Kondisi hujan seperti ini membuat ragu pengendara roda 2 seperti kami untuk mengganti jaket dengan jas hujan. Rekan Haryo kebetulan ikut menepi pula di situ sebentar dan kemudian melanjutkan perjalanan.

Jalan di Kota Banjar tergenang air di sana-sini. Melewati Banjar kembali hujan turun, saya pilih untuk kembali menepi. Dan rupanya saya terkecoh juga oleh ulah hujan ini dimana dalam perjalanan menuju Banjarsari, tiba-tiba air bak ditumpahkan dari langit dan membuat saya basah kuyup. Tanggunglah, pikir saya, sembari terus melaju melawan derasnya hujan.

Di Banjarsari saya berhenti mengganti pakaian yang basah. Rekan RB, Icay, dan Haryo yang beberapa kali berpapasan mungkin sudah sampai di Pangandaran. Badan kembali hangat setelah mereguk kopi dan rasa ingin sampai membuat saya segera tancap gas menuju Pangandaran.


Tiba di gerbang Pangandaran sore itu, langit agak mendung tapi masih terlihat terang. Saya putuskan masuk Kawasan Wisata Pangandaran dan menghidupkan kamera GoPro milik om Yance yang terpasang pada helm. Rute jalan pantai timur lalu pantai barat sampai kembali ke pintu keluar dan lanjut menuju Cijulang.

Jalan Raya Cijulang kondisinya tidak seperti kunjungan saya yang lalu, lubang-lubang besar bagai perangkap menahan laju kendaraan yang melintas. Berkali-kali saya meliuk-liukan tubuh memilih badan jalan yang masih baik. Di selatan mendung tampak gelap. Hujan pasti akan turun, pikir saya. Untungnya jalan ke depan lumayan bisa buat menambah kecepatan. Sisi kanan jalan hancur tapi sisi kiri jalan masih mulus. Saya larikan motor secepat saya bisa demi mendahului hujan yang kemungkinan akan turun.

Selepas maghrib akhirnya sampai juga di kawasan wisata Batu Karas, saya lebih dulu menemui Icay di Bale Karang Cottages, tempat RB & Haryo menginap. Rasa lapar harus kami tahan lebih lama karena hujan mulai turun. Setelah reda barulah kami menuju resto tempat teman-teman Nusantaride berkumpul dan makan malam. Sepiring Nasi Goreng Seafood tandas ke perut, terasa nikmat makan pada saat lapar.



Sayangnya hujan kembali mengguyur deras dan menunda agenda kami untuk saling tukar pengalaman. Rencana mendirikan tenda pupus, saya pilih bergabung dengan teman-teman saja. Hampir pukul 10 malam, barulah kami semua dapat berkumpul di sebuah Homestay milik Ibu Yati yang terletak di kaki bukit Batu Karas. Ada kabar beberapa rekan Nusantara Rider baru akan tiba sebentar lagi dan bahkan ada yang masih dalam perjalanan menuju Batu Karas. Mudah-mudahan semuanya bisa tiba dengan selamat di lokasi, kami menunggu kedatangan kalian.

Obrolan tukar pengalaman diselingi canda membuat kami jadi asik mendengarkan. Tak terasa jam sudah menunjuk ke pukul 3 dini hari, Kami yang masih tersisa saat itu sepakat mengakhiri percakapan untuk beristirahat, tidur dan melepas penat.

Semoga esok hari akan cerah...

Bersambung ke Batu Karas Kawasan Wisata Alternatif Pangandaran - Pangandaranaway Episode 3
Kembali ke Keindahan Alam Sumedang - Pangandaranaway Episode 1

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Dedicated for Nusantaride | Designed by Info Mancing