Me_sulis

Wednesday, June 27, 2012

Pulang Kembali Ke Jakarta - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 9

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 - Episode 9


Rasanya ingin terus menjelajah wilayah selatan Sukabumi, tapi esok kami harus kembali berkarya. Sebelum mengarah pulang, kami istirahat dulu menyelesaikan makan siang yang tertunda di warung makan Rhaisa yang terletak di pertigaan di pusat desa Ciwaru.



Saatnya kami dari Jakarta berpisah dengan teman-teman yang ramah penduduk Desa Neglasari. Kami saling berjabat tangan dan semoga dapat bertemu lagi di lain kesempatan. Terima kasih Erik, Beben dan Zaenal, tanpa kalian belum tentu perjalanan kami kali ini menjadi lengkap.

eh motor saya sekalian di-cuci-in ya Nenk...


Pukul 17.00 wib, saya dan rekan Yance mengarah keluar Ciwaru menuju Kiaradua lewat Taman Jaya, Sukamukti dan Waluran.



Hari telah berganti malam saat melewati jalur Ujung Genteng menuju Pelabuhan Ratu. Sampai  di pertigaan Kiaradua - Lengkong untuk beristirahat santap kopi .



Rute  Ciwaru ke Cibadak



Sungguh hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan buat kami. Semoga masih ada hari esok buat kami untuk dspst kembali menjelajah tempat-tempat eksotis lainnya.

Ride the Archipelago!

Kembali ke Curug Cikanteh - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 8

Tuesday, June 26, 2012

Curug Cikanteh - Eskpedisi Teluk Ciletuh Episode 8

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 - Episode 8


Jalan sejajar pantai adalah jalan terbagus di Ciwaru. Dari jalan ini baik Curug Cimarinjung, Curug Cikanteh dan Curug Ngelai bisa dilihat dari kejauhan.



Untuk menuju Cikanteh, kami kembali ke arah Cimarinjung. Melewati jalan pedesaan yang beragam kondisinya. Dan yang menyejukkan saat itu adalah pemandangan sawah yang padi-padinya mulai meninggi, hijau di kanan kiri jalan.



Rute Cimarinjung ke Cikanteh



Sesampainya di pusat Desa Ciwaru, pada kordinat 7°11'40.11"S, 106°28'49.76"E, kami belok kiri menyusuri jalan yang mengarah ke mendekati tebing.

Tampak Curug Ngelai di sebelah kiri dan Curug Cikanteh di sebelah kanan





Dari jalan ini begitu sampai pada aliran irigasi dengan Lat-Lon 7°11'22.38"S, 106°29'36.27"E, belok ke kiri mengikuti jalur pengairan. Kendaraan roda dua dapat masuk hingga Bendungan Sungai Cikanteh yang airnya dimanfaatkan untuk pertanian.







Bendungan Cikanteh adalah jarak terdekat untuk melihat Curug Cikanteh dan Curug Ngelai.


Erik memandu kami berjalan kaki melintas bendungan. Katanya ada satu curug lagi yang dapat dilihat. Tadinya saya juga ingin melihat langsung. Namun ketika melintas batu-batu di sungai, saya kembali merasakan letih dan pandangan sudah mulai seperti berputar. Baru saya ingat bahwa kami belum makan siang padahal waktu sudah lewat pukul 14.00.


Rekan Yance dan Erik meneruskan jalan kaki melintasi sungai Cikanteh untuk merekam keindahan Curug Sodong. Dan saya kembali ke bendungan menemui Beben dan Zaenal yang menunggu kendaraan.






Curug Sodong - pada latar belakang terlihat Curug Cikanteh




Untuk mengobati rasa letih dan cuaca yang panas, saya mandi di tepian irigasi. Box E21 multifungsi berubah menjadi gayung. Lumayan badan menjadi segar kembali. :)



Bersambung ke Pulang kembali ke Jakarta - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 9
Kembali ke Curug Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 7

Curug Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 7

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 Episode 7


Kami parkir motor di muka persawahan Desa Ciwaru. Sekelompok penduduk sedang bekerja memperbaiki pengairan. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa roda dua bisa menyusur galengan beton pengairan. Tapi kami memilih jalan kaki saja.



Untuk menuju Curug Cimarinjung, kami berjalan kurang lebih 100 meter mengikuti jalur pengairan. Saat itu tepat pukul 12 siang, saya tak sabar ingin segera melihat curug tersebut. Melipir pada jalan kecil di sepanjang aliran air dari persawahan hingga tepian tebing.


Gemuruh air mulai terdengar. Curug tampak mengintip di rerimbunan hutan. Jalur air mengantar langkah menuju gerbang alam pintu masuk air terjun. Saya masuki sebuah celah sempit di antara batu besar dan dinding tebing seperti memasuki alam impian. Alam yang mempesona mata dan menyejukan hati.



"Subhanallah!", kata pembuka yang spontan terucap dari mulut saya ketika masuk. Pemandangan indah yang sulit diungkap oleh kata-kata. Biarlah foto-foto yang akan memperlihatkan keindahan Curug Cimarinjung.

Curug Cimarinjung





Air terjun setinggi kurang lebih 45 meter ini airnya keruh kecoklatan, meski demikian justru membentuk keindahan tersendiri dan memberi sentuhan warna jingga pada alam sekitarnya. Batu-batu besar yang teronggok pada laguna air terjun dan sebuah pohon imajinasi bonsai semakin melengkapi pesona keindahannya.

Alhamdulillah, sekali lagi saya bersyukur dapat melihat keindahan alam ini.

Curug Cimarinjung dari kejauhan


Dari Curug Cimarinjung kami lanjut ke Teluk Ciletuh dangan pantai Palangpang-nya. Saat itu ada perayaan Hari Nelayan sehingga pantai yang biasanya sepi menjadi tumpah-ruah dipenuhi pengunjung. Kami istirahat minum di tengah keramaian. Setelah beristirahat baru lanjut ke tujuan lain yang masih di Desa Ciwaru.

Bersambung ke Curug Cikanteh - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 8
Kembali ke Mencoba Lintasan Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 6

Mencoba Lintasan Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 6



Saya akhirnya menyerah pada lintasan ini, namun rekan Yance berhasil melewati jalur Cimarinjung. Silahkan dinikmati apa yang kami lihat dalam perjalanan ini

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 Episode 6


Pemandangan dari Puncak Cimarinjung


Minggu, 10 Juni 2012, Pukul 7 pagi kami terbangun. Saya lihat kondisi di luar terang cerah namun jalan dan pekarangan rumah tampak basah oleh hujan semalam. Saya tanya lagi apakah memungkinkan kita melintas di Cimarinjung? Dan Erik menyarankan untuk menunda keberangkatan hingga siang hari pukul 10-11 menunggu jalan kering oleh matahari.




Sambil menunggu siang, kami menyiapkan kendaraan dan mengecek kondisinya. Dua teman Erik, Zaenal dan Beben yang berboncengan menggunakan Suzuki Satria 2 tak sudah siap juga di situ. Pukul 10.30, kami siap berangkat. Jalan sudah mulai tampak kering, hanya becek di tempat yang tergenang air.

Saya coba mengendarai motor saya menelusur jalan yang kemarin. Kami jalan beriringan pada jarak yang cukup jauh. Siang itu panas benar-benar menyengat. Pada jalan yang becek kembali motor Tiger saya rebah menyentuh tanah.




Kondisi tubuh saya benar-benar lelah saat itu dan akhirnya saya relakan motor saya dikendarai Beben. Saya jadi boncenger Zaenal pakai RX King dan Erik membawa Suzuki milik Beben. Kami teruskan perjalanan hingga tempat kemarin ambil gambar. Yance tampak merekam pemandangan teluk di bawah.

Pesona Keindahan Teluk Ciletuh


Lalu kami lanjutkan perjalanan. Tiba-tiba Erik meluncur deras tak mampu mengerem akibat mesin Suzuki mati saat menuruni bebatuan, motornya jatuh di jalur air dan menabrak dinding tebing sebelah kanan. Untung tidak parah, motor masih dapat dibawa jalan. Jadinya Zaenal ganti membawa Suzuki dan Erik membonceng saya.



Setelah puas ambil gambar, kami kembali menuruni jalan berbatu. Di ujung yang menikung kondisi jalan berubah menjadi jalan tanah yang terbelah aliran air yang mengering. Harus pandai-pandai memilih jalur jalan yang tinggi agar tidak terperosok ke aliran air. Jalan terus menurun, saya dan Erik tertinggal jauh, yang lain mulai menghilang dari pandangan.




Di sebuah pertigaan pada LatLon 7°10'11.83"S, 106°28'34.46"E, kami harusnya ke kiri, Erik mengajak saya menuju jembatan melihat Curug Dogdog yang alirannya juga ada di sungai Cimarinjung juga. Kami mengarah ke kanan menuruni bukit kurang lebih 100 meter dan tiba di sebuah jembatan. Saya ingat peta dan jalur yang saya buat, ini jembatan Cimarinjung yang arahnya ke Puncak Darma. Jembatan ini terhitung belum lama dibuat namun besi-besi penghalang tampak hilang digergaji tangan-tangan jahil.



Sekitar 50 meter ke arah hulu tampak sebuah curug dengan ketinggian 20 meteran, Curug Dogdog. Sedangkan ke arah hilir, 10 meter dari kami berdiri merupakan tempat awal jatuhnya air dari Curug Nyelepet, sayang curug ini tidak sempat kami lihat.

Curug Dogdog

Hulu Curug Nyelepet

Selesai berfoto di area jembatan sungai Cimarinjung, saya dan Erik kembali menaiki jalur ke Cimarinjung. Sampai di pertigaan tadi belok ke kanan. Mulai dari sini jalan terus menurun dan semakin curam. Jalur menurun yang berliku yang biasanya sulit dilewati sehabis hujan. Dan sampailah kami pada sebuah jembatan kecil di atas pengairan dengan turunan curam. Erik yang sudah terbiasa menuruni jalan ini turun dengan cepat dan selamat.



Tak jauh sesudahnya, kami pun tiba di perhentian terdekat menuju Curug Cimarinjung.
Pesona Keindahan Teluk Ciletuh


Bersambung ke Curug Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 7
Kembali ke Merubah Rute Perjalanan - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 5

Merubah Rute Perjalanan - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 5

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9 - 10 juni 2012 Episode 5


Di rumah Bapak Dedi kami sempat menanyakan kondisi jalan yang dari susunan batu tadi. Diterangkan bahwa tadinya ada perbaikan jalan di wilayah situ sekitar 6 bulan lalu. Namun usaha pelebaran jalan terhenti entah apa sebabnya sehingga jalan yang belum dibatu kembali terkikis air hujan.

Kami juga menanyakan apakah jalan tersebut tembus hingga ke Ciwaru. Kata Erik jalan itu tembus ke Ciwaru. Kira-kira 20 menit saja melewati jalan tanah yang dapat dilalui kendaraan roda dua. Kondisi jalan berupa lintasan tanah dan bebatuan dengan turunan berliku yang lebih curam dari yang sudah kami temui tadi.

Jika mengikuti rute yang dibuat pada rencana awal perjalanan ini
  • rute pertama adalah setelah merekam keindahan Teluk Ciletuh dan mencoba menelusuri jalurnya.
  • rute kedua yakni jalur lewat Ciemas dan Taman Jaya lalu ke Ciwaru baru kemudian melihat Curug Cimarinjung.

Akan tetapi setelah mendengar penjelasan Erik barusan, kami jadi sangat antusias bertanya mengenai jalan tembus menuruni puncak Cimarinjung. Seperti kami ketahui dari Google Earth bahwa posisi Curug Cimarinjung tak jauh dari tempat kami mengambil gambar tadi.

Namun Erik agak ragu memandu kami karena belum pernah lihat motor-motor seperti yang kami pakai melintas melewatinya. Hanya orang kampung Neglasari dan Girimukti saja yang terbiasa bolak-balik menembusnya.

Kami terus dan terus bertanya, mengingat jika ditempuh melalui jalur yang telah direncanakan akan memakan waktu 2 jam lebih lama sedangkan bila melintas jalan tersebut paling lama setengah jam bisa sampai di Ciwaru.

Melihat kami antusias mencoba lintasan itu, akhirnya dengan agak takut Erik mengatakan bahwa kalau bapak yang melintas (sambil menunjuk saya), dia tidak yakin bisa, kalau bapak ini (kali ini dia menunjuk rekan Yance), dia yakin bisa.

Saya tertawa mendengar pernyataannya, wajar dia mengatakan itu melihat saya 2 kali terjatuh sedangkan Yance hanya 1 kali terjatuh.

Kalau begitu tentu bisa dicari solusinya bukan? Saya tetap pada rencana rute awal dan rekan Yance yang mencoba lintasan itu. Namun akhirnya Erik memberikan solusi yang baik. Dia bilang akan
mengajak beberapa temannya besok, supaya ada yang bisa membantu jika terjatuh atau menggantikan membawa Honda Tiger saya. Kami setuju dengan idenya. Terakhir Erik bilang, "Mudah-mudahan tidak hujan Pak! sebab kalau hujan orang kampung sini juga tidak ada yang berani melewatinya".

Dengan demikian rute perjalanan untuk besok kami revisi, dari Kampung Neglasari ke Curug Cimarinjung lalu ke Curug Cikanteh.



Bersambung ke Mencoba Lintasan Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 6
Kembali ke Teluk Ciletuh dari Puncak Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 4

Friday, June 22, 2012

Teluk Ciletuh dari Puncak Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 4


Hamparan alam berbentuk teluk bernama Ciletuh dan daratan bernama Ciwaru terekam indah lewat mata.

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 Episode 4

Kebetulan sekali ketika kami menyampaikan tujuan perjalanan kali ni, anak si pemilik rumah yang bernama Erik bersedia memandu kami ke Puncak Cimarinjung dengan menunggangi Yamaha RX King. Mentari masih menerangi langit petang itu. Kami kini bertiga melanjutkan perjalanan menelusuri jalan keluar kampung. Kondisi jalan masih tetap sama, bebatuan diselingi tanah dan rerumputan.

Hati-hati saya kendalikan Honda Tiger hitam pada jalan yang licin. Namun begitu melintasi tanah basah dengan genangan air, motor tak mampu lagi dikendalikan dan jatuh rebah menyentuh tanah becek. Saya tersenyum dan berkata dalam hati, selain perjalanan ini sendiri maka momen-momen seperti ini pun akan selalu menjadi kenangan.


Sebenarnya saya sudah merasakan kelelahan tapi Erik mengatakan sebentar lagi laut akan terlihat dari jalan. Namun belum juga sampai tujuan, pada jalan menurun berbatu yang licin, kembali motor saya rebah menyentuh bumi. :)

Tak lama kemudian, sampailah kami pada jalan selebar kurang lebih 6 meter berupa susunan batu yang rapi. Kami terus menuruni jalan tersebut. Dan benar, tampak di kejauhan, Teluk Ciletuh mulai terlihat. Kami berhenti pada tempat yang dapat merekam pemandangan indah Teluk Ciletuh dari ketinggian Cimarinjung. Hamparan alam berbentuk teluk bernama Ciletuh dan daratan bernama Ciwaru terekam indah lewat mata. Saya mengucap syukur dalam hati, merasa lega dan bahagia, dua tujuan kami sudah terlaksana hari itu, Sabtu tanggal 9 Juni 2012 tepat pada pukul 17.45 wib.






Selesai jeprat-jepret foto dan merekam video, kami kembali ke Kampung Neglasari. Baik bapak Dedi maupun anaknya, Erik, mempersilahkan kami untuk menginap di rumah mereka malam itu. Keramahan yang tak mampu kami tolak apalagi mengingat dalam perjalanan pulang tadi jalan benar-benar gelap dan lebih sulit menentukan jalur yang harus dipilih.

Bersambung ke Merubah Rute Perjalanan - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 5
Kembali ke Perjalanan ke Kampung Neglasari - Ekspedisi Teluk Ciletuh Epidose 3

Perjalanan ke kampung Neglasari - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 3

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 Episode 3


Setengah jam berlalu di jalan Ciemas - Neglasari, sampailah kami pada sebuah pertigaan dengan kordinat 7°9'55.89"S, 106°30'31.81"E. Di peta rute, kedua jalan ini sama-sama melewati Kampung Neglasari dan nantinya akan bertemu lagi di luar kampung menuju puncak Cimarinjung. Kami berhenti di situ memperkirakan jalan mana yang harus kami tempuh. Tak ada orang untuk ditanya, jadinya kami memilih yang arah kanan karena perkampungan tampak terlihat dari situ.



Begitu memasuki Kampung Neglasari, penduduk sama-sama melihat kami dengan antusias. Saya terus melaju perlahan pada jalan kampung berbatu yang kondisinya berbeda dengan jalan sebelumnya. Batu-batuannya mulai lepas di sana-sini dan jalan tampak menurun curam. Rekan Yance dengan Scorpio-nya menyusul dan mencoba menuruni jalan berbatu. Saya berhenti pada jalan yang sudah mulai menurun. Sambil tetap duduk pada sadel motor, saya mencoba membuka percakapan dengan penduduk sekitar mengenai maksud dan tujuan kami.

Sekali lagi dikatakan bahwa untuk melihat Curug Cimarinjung, kami harus kembali ke Ciemas dan lewat Taman Jaya kemudian menuju Desa Ciwaru. Saya perjelas lagi pada mereka bahwa tujuan kami hanya ingin melihat Ciwaru dari atas. Lalu mereka jawab: "Bisa Pak, keliatan kok nanti lautnya dari atas, tapi bukan lewat jalan ini melainkan jalan yang ke kiri sebelum masuk kampung". Ternyata jalan yang sedang kami coba lewati ini sudah lama terbengkalai dan jarang sekali dipakai penduduk sekitar. Waduh, agak kaget juga mendengarnya mengingat rekan Yance sudah jauh menuruni jalan dan terlihat memberi tanda supaya saya tidak turun.

Rekan Yance kemudian kembali ke tempat saya dan mengatakan jalannya rusak dan hancur. Namun posisi motor saya saat itu sudah ada di turunan jalan dan sulit untuk berbalik arah kecuali ditarik mundur agak jauh ke atas. Akhirnya kami putuskan untuk menuruni jalan itu saja, mempercayai ucapan penduduk bahwa jalan bisa dilewati hanya saja tepat di ujung turunan berbelok ini kondisinya rusak parah.

Dengan hati-hati saya menuruni jalan berbatu yang cukup merepotkan kerena selain menurun tajam juga agak berbelok. Saya harus mempertahankan roda tetap di atas bebatuan jangan sampai tergelincir ke permukaan tanah basah yang licin.

Sampai di area yang agak datar, tampak jalan di depan terlihat agak menyeramkan. Jalan sepanjang 20 meteran tersebut lebih curam dari yang barusan kami lewati dan trek berbatu setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah kondisinya basah dan licin. Scorpio mencoba turun dan tiba di bawah dengan selamat. Agak ragu saya menuruninya, mengingat handicap saya ada pada jejakan kaki yang pas-pasan. Kalau selip di badan jalan masih bisa kami angkat motornya tapi kalau terperosok ke sisi jalan akan merepotkan. Akhirnya saya serahkan kendali motor tiger pada rekan Yance yang jejakan kakinya lebih tinggi dan untunglah selamat pula sampai ke bawah.


Jalur selanjutnya tetap sangat menyulitkan, yakni jalan berbatu dan menanjak. Hati-hati kami menyusur jalur berbatu yang sudah ditumbuhi rerumputan dengan kondisi sisi kanan kiri jalan yang tertutup alang-alang cukup tinggi.


Pukul 17.00 wib sampai juga kami pada pertigaan yang menyatukan kembali dengan jalur yang satunya lagi. Kami berhenti di depan sebuah rumah, saya turun dari motor dan menyapa Bapak Dedi si pemilik rumah, yang dengan ramah menanyakan dari mana dan mau kemana tujuan kami. Dia tersenyum dan mengatakan bahwa jalan yang barusan kami lewati sudah jarang dilalui kendaraan, penduduk sekitar memanfaatkan jalan yang satunya lagi yang kebetulan tidak kami pilih.



Bersambung ke Teluk Ciletuh dari Puncak Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 4
Kembali ke Menuju Desa Ciemas - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 2

Menuju Desa Ciemas - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 2

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 Episode 2


Di pertigaan Pal Tilu, pada kordinat: 7°7'4.53"S, 106°35'43.41"E, kami belok ke kanan memasuki area perkebunan teh menuju Desa Ciemas.




Meski rusak di sana-sini, jalan perkebunan masih lumayan bagus untuk dilewati. Apalagi sekeluarnya dari pemukiman terpadat di Ciemas tampak jalan beraspal hitam yang mulus dan menggoda pengendara menambah kecepatan. Kami mencari pertigaan menuju Kampung Neglasari, tapi tidak kami temukan, entah terlewat di mana atau malah sudah menjadi jalan perkebunan yang terbengkalai seperti yang banyak ditemui di Ciemas.


Saya ragu-ragu untuk terus menelusur jalur ini karena sudah agak jauh dari catatan yang kami buat. Dan kami putuskan untuk berhenti pada pertigaan yang ditandai dua papan nama perusahaan penambangan dan perkebunan pada kordinat 7°9'5.73"S, 106°32'39.45"E. Saya mencoba melihat pada Google Earth, pertigaan ini hanya berupa trek jalur perkebunan.


Untunglah kemudian terlihat pengendara motor keluar dari pertigaan yang kami perkirakan mengarah ke Neglasari. Saya bertanya pada pengendara motor tersebut dan bertanya ke mana arah ke Curug Cimarinjung. Awalnya Mang Ojen, demikian dia menyebut namanya, menunjuk arah terus di jalan yang mulus. Lalu saya bilang bahwa kami ingin melihat Teluk Ciletuh di Ciwaru dari ketinggian Cimarinjung. Agak ragu Mang Ojen menjawab bahwa jalan yang biasa ditempuh menuju Curug Cimarinjung di Desa Ciwaru adalah memilih jalan desa yang lebih bagus yang nantinya melewati Taman Jaya. Kalau arah ke kanan pada pertigaan ini memang bisa ke Cimarinjung melalui Girimukti atau Neglasari tapi kondisi jalannya hancur. Nanti dari Neglasari, akan terlihat Teluk Ciletuh dari puncaknya.


Informasi Mang Ojen bagaikan angin segar yang membangkitkan kembali semangat kami. Saya katakan memang jalur tersebut yang rencananya akan kami tempuh. Mang Ojen kemudian memberi petunjuk jalan menuju Neglasari, "Pokoknya ikuti saja jalan ini jangan belok-belok, nanti akan sampai di kampung saya Pak!" demikian ujarnya. "Saya ada keperluan di Ciemas, silahkan nanti bapak berdua kalau mau mampir ke rumah saya di Neglasari" tambahnya lagi.


Tak lupa kami mengucap terima kasih pada Mang Ojen sebelum lanjut menembus perkebunan karet menuju Kampung Neglasari. Cuaca mulai agak mendung saat itu, rupanya prediksi freemeteo pada Ujung Genteng dan Pelabuhan Ratu tidak berlaku. Area perkebunan Ciemas ini ada pada wilayah dan ketinggian yang berbeda. Setelah 2 km melewati perkebunan, hujan pun mulai turun. Kami berteduh di sebuah tempat pengumpul karet dan memanfaatkan waktu untuk istirahat sambil mengunyah makanan ringan.





Pukul 16.00, Tiger dan Scorpio kambali menderu ke arah selatan meneruskan jalur menuju Cimarinjung. Jalan ini sepi, hanya satu dua kendaraan yang berpapasan dengan kami. Jalan aspal mulai berganti dengan jalan berbatu yang cukup licin. Keluar dari area perkebunan terlihat hamparan daratan yang luas yang ditumbuhi alang-alang cukup tinggi. Jalan tanah dengan dua lajur berbatu masih tampak layak untuk dijalani kendaraan meski pengendara roda dua harus berhati-hati untuk selalu berada di atas jalur yang berbatu.

Bersambung ke Perjalanan ke Kampung Neglasari - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 3
Kembali ke Persiapan Keberangkatan - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 1

Persiapan Keberangkatan - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 1

keunikan Kawasan Teluk Ciletuh yang area daratannya menyerupai bentuk sebuah amphitheater dan merupakan daerah penelitian batuan purba

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 Episode 1

Sudah lama saya ter-obsesi untuk melihat Teluk Ciletuh dari ketinggian. Awalnya ketika sedang browsing Jalur Selatan Jawa Barat lewat Google Earth, saya meng-klik salah satu foto Panoramio yang terpampang di kawasan Teluk Ciletuh. Keindahan Teluk Ciletuh dan curug-curug di sekitarnya yang saya lihat melalui foto-foto tersebut seketika membuat saya terpesona. Saya sampaikan perihal lokasi ini pada rekan Yance dan mendapat respon yang positif. Secara tersirat saya tulis juga pada sebuah komentar di Facebook Group Nusantaride tentang keinginan menjelajah kawasan Teluk Ciletuh ini. Tinggal soal waktu saja untuk melaksanakannya.

Segera saya mencari referensi via internet mengenai Ciletuh. Sayangnya hanya sedikit yang saya dapat. Kebanyakan artikel yang ada hanya mengulas keunikan Kawasan Teluk Ciletuh yang area daratannya menyerupai bentuk sebuah amphitheater dan merupakan daerah penelitian batuan purba. Justru hal tersebut semakin mendorong keinginan saya melihat kawasan ini.

Saat itu yang saya tahu, foto Teluk Ciletuh dan foto Curug Cimarinjung, meski jaraknya berdekatan tapi didapat dari dua jalur jalan yang berbeda apabila ditempuh dengan kendaraan. Makanya ketika saya buat jalur peta pada Google Maps adalah sbb:
  • Jalur pertama dari Ciemas menuju Puncak Cimarinjung untuk merekam Teluk Ciletuh dari ketinggian.
  • Jalur kedua adalah kembali ke Ciemas lalu ke Ciwaru untuk merekam Curug Cimarinjung.

Tanggal keberangkatan kami tetapkan 9-10 Juni 2012, sengaja tidak kami sampaikan ke Nusantaride Forum karena masih tentatif juga, takutnya pada hari H kami batal berangkat apabila masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Untunglah 2 hari menjelang keberangkatan tampak semakin positif. Saya sampaikan ke teman-teman via BB Group rencana ini dan Pak Reza A Patunru aka Pak Ija berkenan ikut.

Hari H

Jum'at, tanggal 8 Juni 2012, hujan deras mengguyur Jakarta, saya sempatkan untuk membuat jalur melalui Google maps. Selain itu jalur-jalur penting juga saya capture via Google Earth. Kordinat dicatat dan image-image-nya kami print untuk dibawa sebagai kelengkapan. Tak lupa juga saya tengok freemeteo.org untuk melihat kondisi cuaca di sekitar Ciletuh. Sayangnya hanya wilayah Ujung Genteng dan Pelabuhan Ratu saja yang terpantau dari freemeteo, saya anggap cukup dan kebetulan kedua area tersebut jauh dari hujan pada dua hari perjalanan nanti.


Google Maps: Cimarinjung - Ciwaru

Sengaja saya beri judul perjalanan kali ini dengan nama Ekspedisi Teluk Ciletuh. Ekspedisi mengindikasikan bahwa trip perjalanan ini mempunyai tujuan khusus atau target yang harus dicapai, yakni merekam keindahan Teluk Ciletuh dari ketinggian dan mencoba menelusur jalur Ciemas menuju Puncak Cimarinjung yang jalurnya sama-sama belum kita ketahui kondisinya.


Rencana keberangkatan pukul 00.00 wib, terpaksa diundur karena pekerjaan rekan Yance belum tampak selesai. Dan keikutsertaan Pak Reza juga terpaksa batal karena ada keperluan keluarga yang lebih penting. Saya harap-harap cemas saat itu, mengingat jalur Ciawi - Cibadak yang selalu macet di siang hari. Untunglah akhirnya pukul 03.30, meski hujan masih turun rintik-rintik, rekan Yance tiba juga di rumah saya dan siap untuk berangkat.

Sabtu, 9 Juni 2010, dinihari menjelang Subuh yang dingin, perjalanan kami awali di bawah rintikan hujan, saya dengan Dreamer (Honda Tiger GL200R) dan Yance dengan Yamaha Scorpio melaju pada jalan yang masih sepi mengarah ke selatan. Jalan cukup lancar sampai Ciawi. Pukul 05.00 pagi, menjelang tanjakan sesudah Rancamaya, dari jauh terlihat antrian kendaraan besar dan sedangkan pada arah berlawanan tampak lengang. Kondisi yang cukup aneh apabila sepagi itu jalan ini sudah macet. Kami ikuti motor-motor yang melaju di sisi kanan. Dan kemacetan itu pun akhirnya menghentikan laju kendaraan roda dua karena tidak ada lagi ruang untuk menyusul. Proyek pelebaran jalan saat itu membuat lajur semakin sempit hanya pas untuk kendaraan besar saling berpapasan.


Pukul 7 kami lepas dari titik kemacetan dan jalan kembali lancar hingga Cibadak. Di Cibadak, kami belok kanan ke arah Pelabuhan Ratu. Sampai Terminal Cikembar kami istirahat kopi, tidur sebentar dan sekalian cek motor. Barulah pada jam 09.30 perjalanan kami lanjutkan, sebelum memasuki wilayah Pelabuhan Ratu kami belok kiri melewati Jembatan Bagbagan menuju arah Ujung Genteng. Menjelang tengah hari kami sempatkan untuk istirahat makan siang di warung makan Sindang Heula di Kiaradua. Rupanya kantuk tak dapat lagi kami tahan. Di warung makan ini kami tertidur dan baru lanjut perjalanan pada pukul 14.00.



Bersambung ke Menuju Desa Ciemas - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 2

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Dedicated for Nusantaride | Designed by Info Mancing