Me_sulis

Friday, July 13, 2012

Nusantaride

Nusantaride adalah sebuah forum ride & sharing para penggiat wisata sepeda motor di Indonesia.


Web Forum Nusantaride (www.nusantaride.com) resmi di-launching pada tanggal 24 Juli 2010 di Tebet, Jakarta Selatan.


Berangkat dari visi kecintaan kepada tanah air serta minat yang sama untuk berbagi keindahan alam nusantara dari sudut pandang pengendara sepeda motor baik melalui tulisan, foto maupun visual.


Forum Nusantaride terbuka bagi siapa saja yang ingin berbagi tentang segala hal yang bernuansa adventure terutama hal-hal yang berhubungan dengan petualangan di alam bebas menggendarai sepeda motor (adventure touring, long distance touring, backyard touring, enduro and trail adventure, dan lain sebagainya).


Forum ini dibuat sebagai media berbagi pengalaman bagi siapa saja yang suka dan tertarik di dunia adventure touring dan diharapkan dengan adanya Nusantaride bisa menjadi sebuah sikap kecintaan kepada tanah air tercinta.


Untuk bergabung atau membutuhkan informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi Forum Nusantaride di www.nusantaride.com.

Let's Ride the Archipelago!

Nusantaride National Dieng Rally 2012

Nusantaride National Dieng Rally (NNDR) 2012 adalah pertemuan para penggiat wisata sepeda motor dalam skala besar dengan tujuan untuk mempromosikan potensi wisata kendara roda dua di Indonesia.

Nusantaride National Dieng Rally 2012 - Teaser Video


Setelah sukses dalam pelaksaan Nusantaride Gathering Ranauescapade 23 Maret 2012 dan Pangandaranaway 6 April 2012, Nusantaride Forum kembali menggelar gathering bagi para penggiat wisata roda dua dengan tema:

Nusantaride National Dieng Rally 2012


Nusantaride National Dieng Rally (NNDR) Adalah bentuk nyata kepedulian Nusantaride untuk terus menumbuhkembangkan budaya Cinta tanah air dan mengenalkan keindahan Indonesia.

Program ini merupakan kegiatan swadaya bagi seluruh penggiat Nusantaride. Berbekal pengalaman gathering sebelumnya yang ternyata diikuti oleh ratusan peserta, Nusantaride National Dieng Rally akan menjadi puncak acara gathering untuk periode program 2012.

Tujuan NNDR 2012 adalah :
  • Mengenalkan keindahan Dieng dan daerah sekitar sebagai salah satu tujuan utama wisata berkendara roda dua.
  • Memperkenalkan cara cara mengurangi risiko kecelakaan saat mengendarai kendaraan bermotor melalui pengembangan gaya mengendarai yang baik dan sistematik.
  • Memberikan sumbangsih nyata untuk para penduduk sekitar daerah wisata dalam bentuk bakti sosial

    Untuk info lebih lanjut silahkan klik: Nusantaride National Dieng Rally 2012

Thursday, July 5, 2012

Membuat Dudukan Kamera Digital pada Motor

Kalau kita membaca beberapa RR yang tersaji di forum Nusantaride atau pada webs/blogs adventure ride, maka selain foto kita juga lihat di situ ada video yang dapat kita nikmati.

Untuk membuat klip perjalanan berkendara selain menggunakan kamera khusus perekam Action Sport, kita juga dapat memanfaatkan digital kamera yang memiliki fitur rekam video.

Dari beberapa cara bagaimana menggunakan digicam sebagai perekam, diantaranya adalah rider dengan salah satu tangannya memegang kamera dan merekam (ini saya tidak anjurkan) atau yang termudah yakni membawa boncenger dimana boncenger bertugas merekam perjalanan pada saat diinginkan.

Lalu bagaimana jika kita tidak membawa boncenger? Ada cara mudah mengakali hal tersebut yakni dengan cara membuat dudukan/pegangan kamera digital pada motor. Dudukan kamera ini dapat di-attach atau menempel pada stang motor, braket box atau pada tempat yang mungkin dapat digunakan.

Saya akan share bagaimana membuatnya, ide ini dapat anda kembangkan sendiri.
  1. Buat batang besi (besi pagar) sepanjang 20-30 cm lebar 5 cm dengan ketebalan minimal 5 mm.

  2. Buatlah tiga lobang dan tekukan jika diperlukan (lihat gambar)

  3. Cat batang besi agar tidak mudah berkarat
  4. Cari tempat dimana anda akan mudah menempelkan batang besi tersebut pada motor.
  5. Bila pada stang motor, untuk pegangan ke batang stang dapat dicari yang sudah jadi atau membuatnya sendiri.
  6. Pada dudukan spion, lobang pada besi dibuat agar batang spion dapat masuk dan kencangkan dengan mur tambahan.

  7. Pada braket box, cari tempat yang memungkinkan untuk pemasangannya. Kencangkan dengan mur tambahan.


  8. Untuk meredam getaran, tambahkan bantalan karet busa keras
Pengaplikasiannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:



Berikut adalah contoh video yang saya buat bersama rekan Yance Manuk


Selamat mencoba

The GPS Challenge Camp Cigintung

Nusantaride The GPS Challenge Camp Cigintung 23-24 Juni 2012

Di masa 2 tahun wira-wirinya Nusantaride pada Juni 2012 ini, beberapa rekan berkenan menggagas acara kumpul-kumpul temu kangen di sebuah tempat (unknown) dengan alamat sebuah titik kordinat.

Acaranya sendiri sebenarnya tidak ada nama, tapi begitu Kang Dendy Julius meng-upload beberapa foto di FB Group dengan judul album GPS Challenge maka saya sebut saja gathering tersebut dengan judul sama 'The GPS Challenge'.

Acara yang digagas spontan ini infonya datang lewat japri, mungkin maksud teman-teman adalah format acara seperti ini - lokasi tujuan berupa titik koordinat tanpa titik kumpul (tikum) - masih bersifat trial atau coba-coba. Uji coba ini kemungkinan nantinya akan di-aplikasikan pada setiap acara gathering Nusantaride baik formal maupun informal. Makanya The GPS Challenge tidak diumumkan ke forum. Sehingga meskipun gagal, ada yang kesasar, atau sampai pada tempat yang salah, dan lain-lain hal yang bisa bikin badan keringet dingin, maka yang merasakan hanya segelintir orang saja. :)

Saya coba menutur dan merangkai kata tentang perjalanan saya dalam 'The GPS Challenge' menuju titik kordinat pertemuan yang diberikan.

Pada pesan yang saya terima, meeting point-nya adalah -6.74343, 107.14118. Seperti biasa kordinat tersebut saya copy-paste ke Goggle Earth. Dan sepertinya tidak jauh, terletak di utara kota Cianjur. Kemudian ada info lagi bahwa lokasi ada di Puri Gintung belakang Taman Bunga Nusantara, tampak semakin dekat menurut saya.



Dari Google Earth saya dapatkan perkiraan titik lokasi di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur. Apabila di-zoom maka akan menunjuk lokasi pada sebuah perkebunan pada jalan yang tidak terdaftar pada Google Earth/Maps.



Setelah semakin jelas posisinya, maka untuk rute, saya ambil arah Puncak lanjut Cipanas lalu belok kiri di Pacet atau Hanjawar. Bayangan saya, lokasinya pasti deretan vila-vila yang menjamur di Cipanas, mungkin Google belum meng-update petanya sehingga tak ada tanda-tanda ada vila atau rumah di titik tersebut. Kemudian saya putuskan keberangkatan adalah pada hari Sabtu Malam Minggu saja setelah urusan di rumah beres. Tak lupa saya plot lokasi pada GPS, navigasi rute selesai dan tinggal berangkat nanti malam. Semudah itukah?

Malam Minggu, pukul 8.30 lewat, Dreamer, Honda Tiger hitam saya mulai melaju start dari rumah di Jakarta Selatan. Seperti biasa, lalulitas Kota Jakarta dan Depok agak tersendat di malam panjang. Begitu pula Jalur menuju Kawasan Puncak dari Kota Bogor hingga pertigaan Mega Mendung.

Pukul 11 malam saya baru tiba di Puncak Pass. Saya sempatkan istirahat makan terlebih dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah setengah jam beristirahat, saya lanjut menuruni Puncak Pas menuju Cipanas. GPS mulai dinyalakan. Dan tepat sebelum Pasar Cipanas, arah GPS menunjuk ke kiri menuju Taman Bunga Nusantara.

Dari tempat ini, tujuan masih sekitar 14 km saja, sudah dekat, kata saya dalam hati. Saya ambil rute melalui Jalan Mariwati. Lalu lintas di jalan tersebut menjelang tengah malam itu sudah tampak sepi. Nyala lampu perumahan dan vila di sepanjang jalan menemani saya menyusur Mariwati. Udara pegunungan yang dingin mulai menembus badan.

Sekitar 8 Km, GPS memberi petunjuk arah belok kanan pada pertigaan menuju Lembah Karmel, tempat yang masih saya kenal, aman, sudah mau sampai.

Namun begitu melewati Vila Lembah Karmel, jalan mulai menanjak dan menanjak. Sepi dan gelap, nah perasaan mulai ketar-ketir juga. Hanya pepohonan dan gerbang-gerbang vila yang sepi dan tak ada orang untuk ditanya. GPS masih me-navigasi untuk terus berada di jalan tersebut hingga masuk sebuah perkampungan yang sepi. Hanya lampu rumah yang menyala dan hewan peliharaan seperti anjing dan kucing saja yang lalu-lalang. Waduh.

Keluar kampung jalan kembali gelap dan terus menanjak hingga kemudian terlihat rumah yang baru saja selesai mengadakan pengajian. Beberapa orang tampak melintas menyebrang jalan dan saya melaju pelan memberi kesempatan pada mereka memotong jalan saya. Saya stop tepat di hadapan orang-orang yang menyebrang tadi dan bertanya pada salah satunya.

"Kang, punten, kalau mau ke Puri Gintung bener ini jalannya?"
"Iya pak, jalan ini saja nanti pertigaan ambil yang lurus, nanti sampai Pajagan terus aja sampe ketemu pertigaan ambil yang kiri atau tanya aja lagi nanti di Pajagan."
"Nuhun Kang"

Saya ikuti petunjuk penduduk dan meneruskan perjalanan. Namun baru beberapa ratus meter, GPS menunjuk arah belok ke kanan padahal tadi penduduk menunjuk jalan yang lurus. Saya mulai bimbang padahal tinggal 5 km lagi menuju tujuan. Yang lurus jalannya gelap, jelek, dan kecil, sedang yang ke kanan jalan lebih lebar dan terang namun ada portal terbuka dan pos satpam yang tidak dijaga. Ini pasti jalan masuk ke vila, pikir saya, makanya Saya putuskan untuk mengikuti petunjuk penduduk.

Jalur yang saya ambil ini jalannya rusak dan berlubang, motor hanya dapat melaju perlahan. Saat itu jam sudah menunjuk lewat dari tengah malam. Di kanan kiri jalan tampak sawah dan ladang yang sepi, gelap menghitam. Kemudian jalan tersebut mulai masuk menembus hutan. Ah kenapa harus bertemu pohon-pohon besar di tengah malam buta yang sepi.

Saya beranikan diri untuk terus melintas. Saya coba mempercepat laju motor meski jalan rusak berlubang. Satu dua tikungan mulai saya lewati tapi masih saja hutan, pandangan arah kanan terhalang oleh ketinggian bukit.

Entah pada tikungan ke berapa, saya mendengar deru motor dan sekilas melihat terangnya lampu menyibak pepohonan, hati agak tenang, berarti jalan ini merupakan perlintasan yang sering dipakai. Mendekati tikungan terdengar suara klakson memberi tanda kehadirannya. Mungkin dilihat juga lampu motor saya menerangi pohon. Motor tersebut mulai terlihat keluar dari tikungan. Bukan satu, tapi dua motor mendekat dan semakin jelas. Oh, rupanya rekan Andenko 'Koko' Utama dan Rici Ludira Sakti, yang langsung berhenti saat itu juga. Saya salami keduanya, dan bertanya kenapa sudah pulang.

"Besok masih ada urusan Om, jadi mesti balik Jakarta nih.."
"Masih jauh nggak tempatnya? masih pada belum tidur kan?"
"3 km lagi Om, ditunggu kok, nanti kalau ketemu pertigaan Pesantren ambil kiri"
"Oke, terima kasih, hati-hati di jalan"

Saya lanjut pada jalan yang menurun memasuki perkampungan. Di kiri mulai terlihat lampu-lampu rumah. Di ujung turunan juga terlihat lampu-lampu rumah penduduk dan pertigaan. Saya ambil ke kiri, GPS kembali me-navigasi untuk terus. Hati tenang sesudahnya, jalannya sudah benar tampaknya.

Tak jauh dari situ perkampungan mulai terlihat. Meski pemukiman ini tampak padat namun tak ada satu orang pun terlihat di luar. Penduduk tentu sudah terlelap di peraduan. Benar-benar sepi. Bahkan di pertigaan yang menjadi pusat desa juga sepi tanpa terlihat ada kegiatan manusia.

Saya yakin ini Desa Pajagan seperti yang diterangkan penduduk yang tadi saya tanya. Makanya saya ambil jalan yang lurus keluar perkampungan yang ternyata kembali gelap pekat. Hanya langit malam dan lampu motor saya saja yang menerangi area tersebut.

Tampak perkebunan dengan pohon-pohon sebagai pagar menutupi perkebunan. Perasaan tak enak mulai menyambangi saya. Semakin saya ikuti jalan itu seperti semakin jauh dari kehidupan. Tanaman-tanaman berdaun lebar terlihat menyeramkan ketika daun-daunnya memantulkan kembali sorot lampu motor. Saya perhatikan GPS mulai berputar-putar penunjuk jalannya.

Saya jadi tidak yakin, soalnya pesantren yang Koko katakan tadi belum juga terlihat. Saya berhenti di tempat yang cukup terbuka. Tampak di kejauhan di sisi kanan kerlap-kerlip lampu perkampungan. Apakah saya salah arah di pertigaan Desa Pajagan tadi. Memang, titik kordinat -6.74343, 107.14118 yang dikirim ke saya tidak menunjuk pada jalan terdaftar. Makanya saya ambil kesimpulan, sebenarnya saya sudah dekat pada tujuan.

Daripada berlama-lama di tempat sepi yang membuat badan merinding mending lanjut terus saja. Kalau tak ketemu pun paling juga nembus ke Cianjur atau Jalur Jonggol, demikian pikir saya.

Dan perjalanan saya lanjutkan pada jalan yang mulai menanjak. Tak lama kemudian terlihat gerbang tertutup berwarna hijau yang diterangi lampu. Ketemu juga dengan pesantren dimaksud. Sementara di sisi kiri pada arah jalan yang menanjak terlihat ada lampu-lampu rumah atau vila yang menjadi tujuan saya, Puri Gintung.

Puri Gintung adalah base dari Outbond Camp cigintung, berupa rumah panggung terbuat dari kayu. Terlihat teras bawah beberapa motor yang saya kenal terparkir rapi. Beberapa rekan-rekan Nusantaride melambaikan tangannya pada saya. Kali ini saya benar-benar lega, sudah sampai ke tujuan pada pukul 1 dini hari.

"Woy... 'gak ada tempat yang lebih jauh lagi ya...?"

Teriakan saya disambut gelak tawa. Saya salami semua yang hadir, Pak Ija, Adet, Haryo, Luckay, Joe, Bowo, Julius, Icay. Rupanya rekan Icay juga belum lama tiba di situ.

Obrolan kembali berlanjut, diskusi dan cerita canda mengenai perjalanan masing-masing ke Puri Gintung. Ternyata masih ada satu rekan yang akan hadir juga, Yusra Inyiak. Terbayang oleh saya, bagaimana galaunya rekan yang masih dalam perjalanan ini. Yang saya tahu, tempatnya tidak sulit ditemui tapi tidak juga mudah jika ditempuh pada tengah malam begini. Pokoknya ikuti kata hati saja, pasti sampai. :)





Berikut adalah klip video pada saat pulang dari Camp Cigintung. Enjoy!












Ride The Archipelago

Wednesday, June 27, 2012

Pulang Kembali Ke Jakarta - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 9

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 - Episode 9


Rasanya ingin terus menjelajah wilayah selatan Sukabumi, tapi esok kami harus kembali berkarya. Sebelum mengarah pulang, kami istirahat dulu menyelesaikan makan siang yang tertunda di warung makan Rhaisa yang terletak di pertigaan di pusat desa Ciwaru.



Saatnya kami dari Jakarta berpisah dengan teman-teman yang ramah penduduk Desa Neglasari. Kami saling berjabat tangan dan semoga dapat bertemu lagi di lain kesempatan. Terima kasih Erik, Beben dan Zaenal, tanpa kalian belum tentu perjalanan kami kali ini menjadi lengkap.

eh motor saya sekalian di-cuci-in ya Nenk...


Pukul 17.00 wib, saya dan rekan Yance mengarah keluar Ciwaru menuju Kiaradua lewat Taman Jaya, Sukamukti dan Waluran.



Hari telah berganti malam saat melewati jalur Ujung Genteng menuju Pelabuhan Ratu. Sampai  di pertigaan Kiaradua - Lengkong untuk beristirahat santap kopi .



Rute  Ciwaru ke Cibadak



Sungguh hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan buat kami. Semoga masih ada hari esok buat kami untuk dspst kembali menjelajah tempat-tempat eksotis lainnya.

Ride the Archipelago!

Kembali ke Curug Cikanteh - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 8

Tuesday, June 26, 2012

Curug Cikanteh - Eskpedisi Teluk Ciletuh Episode 8

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 - Episode 8


Jalan sejajar pantai adalah jalan terbagus di Ciwaru. Dari jalan ini baik Curug Cimarinjung, Curug Cikanteh dan Curug Ngelai bisa dilihat dari kejauhan.



Untuk menuju Cikanteh, kami kembali ke arah Cimarinjung. Melewati jalan pedesaan yang beragam kondisinya. Dan yang menyejukkan saat itu adalah pemandangan sawah yang padi-padinya mulai meninggi, hijau di kanan kiri jalan.



Rute Cimarinjung ke Cikanteh



Sesampainya di pusat Desa Ciwaru, pada kordinat 7°11'40.11"S, 106°28'49.76"E, kami belok kiri menyusuri jalan yang mengarah ke mendekati tebing.

Tampak Curug Ngelai di sebelah kiri dan Curug Cikanteh di sebelah kanan





Dari jalan ini begitu sampai pada aliran irigasi dengan Lat-Lon 7°11'22.38"S, 106°29'36.27"E, belok ke kiri mengikuti jalur pengairan. Kendaraan roda dua dapat masuk hingga Bendungan Sungai Cikanteh yang airnya dimanfaatkan untuk pertanian.







Bendungan Cikanteh adalah jarak terdekat untuk melihat Curug Cikanteh dan Curug Ngelai.


Erik memandu kami berjalan kaki melintas bendungan. Katanya ada satu curug lagi yang dapat dilihat. Tadinya saya juga ingin melihat langsung. Namun ketika melintas batu-batu di sungai, saya kembali merasakan letih dan pandangan sudah mulai seperti berputar. Baru saya ingat bahwa kami belum makan siang padahal waktu sudah lewat pukul 14.00.


Rekan Yance dan Erik meneruskan jalan kaki melintasi sungai Cikanteh untuk merekam keindahan Curug Sodong. Dan saya kembali ke bendungan menemui Beben dan Zaenal yang menunggu kendaraan.






Curug Sodong - pada latar belakang terlihat Curug Cikanteh




Untuk mengobati rasa letih dan cuaca yang panas, saya mandi di tepian irigasi. Box E21 multifungsi berubah menjadi gayung. Lumayan badan menjadi segar kembali. :)



Bersambung ke Pulang kembali ke Jakarta - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 9
Kembali ke Curug Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 7

Curug Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 7

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 Episode 7


Kami parkir motor di muka persawahan Desa Ciwaru. Sekelompok penduduk sedang bekerja memperbaiki pengairan. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa roda dua bisa menyusur galengan beton pengairan. Tapi kami memilih jalan kaki saja.



Untuk menuju Curug Cimarinjung, kami berjalan kurang lebih 100 meter mengikuti jalur pengairan. Saat itu tepat pukul 12 siang, saya tak sabar ingin segera melihat curug tersebut. Melipir pada jalan kecil di sepanjang aliran air dari persawahan hingga tepian tebing.


Gemuruh air mulai terdengar. Curug tampak mengintip di rerimbunan hutan. Jalur air mengantar langkah menuju gerbang alam pintu masuk air terjun. Saya masuki sebuah celah sempit di antara batu besar dan dinding tebing seperti memasuki alam impian. Alam yang mempesona mata dan menyejukan hati.



"Subhanallah!", kata pembuka yang spontan terucap dari mulut saya ketika masuk. Pemandangan indah yang sulit diungkap oleh kata-kata. Biarlah foto-foto yang akan memperlihatkan keindahan Curug Cimarinjung.

Curug Cimarinjung





Air terjun setinggi kurang lebih 45 meter ini airnya keruh kecoklatan, meski demikian justru membentuk keindahan tersendiri dan memberi sentuhan warna jingga pada alam sekitarnya. Batu-batu besar yang teronggok pada laguna air terjun dan sebuah pohon imajinasi bonsai semakin melengkapi pesona keindahannya.

Alhamdulillah, sekali lagi saya bersyukur dapat melihat keindahan alam ini.

Curug Cimarinjung dari kejauhan


Dari Curug Cimarinjung kami lanjut ke Teluk Ciletuh dangan pantai Palangpang-nya. Saat itu ada perayaan Hari Nelayan sehingga pantai yang biasanya sepi menjadi tumpah-ruah dipenuhi pengunjung. Kami istirahat minum di tengah keramaian. Setelah beristirahat baru lanjut ke tujuan lain yang masih di Desa Ciwaru.

Bersambung ke Curug Cikanteh - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 8
Kembali ke Mencoba Lintasan Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 6

Mencoba Lintasan Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 6



Saya akhirnya menyerah pada lintasan ini, namun rekan Yance berhasil melewati jalur Cimarinjung. Silahkan dinikmati apa yang kami lihat dalam perjalanan ini

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9-10 Juni 2012 Episode 6


Pemandangan dari Puncak Cimarinjung


Minggu, 10 Juni 2012, Pukul 7 pagi kami terbangun. Saya lihat kondisi di luar terang cerah namun jalan dan pekarangan rumah tampak basah oleh hujan semalam. Saya tanya lagi apakah memungkinkan kita melintas di Cimarinjung? Dan Erik menyarankan untuk menunda keberangkatan hingga siang hari pukul 10-11 menunggu jalan kering oleh matahari.




Sambil menunggu siang, kami menyiapkan kendaraan dan mengecek kondisinya. Dua teman Erik, Zaenal dan Beben yang berboncengan menggunakan Suzuki Satria 2 tak sudah siap juga di situ. Pukul 10.30, kami siap berangkat. Jalan sudah mulai tampak kering, hanya becek di tempat yang tergenang air.

Saya coba mengendarai motor saya menelusur jalan yang kemarin. Kami jalan beriringan pada jarak yang cukup jauh. Siang itu panas benar-benar menyengat. Pada jalan yang becek kembali motor Tiger saya rebah menyentuh tanah.




Kondisi tubuh saya benar-benar lelah saat itu dan akhirnya saya relakan motor saya dikendarai Beben. Saya jadi boncenger Zaenal pakai RX King dan Erik membawa Suzuki milik Beben. Kami teruskan perjalanan hingga tempat kemarin ambil gambar. Yance tampak merekam pemandangan teluk di bawah.

Pesona Keindahan Teluk Ciletuh


Lalu kami lanjutkan perjalanan. Tiba-tiba Erik meluncur deras tak mampu mengerem akibat mesin Suzuki mati saat menuruni bebatuan, motornya jatuh di jalur air dan menabrak dinding tebing sebelah kanan. Untung tidak parah, motor masih dapat dibawa jalan. Jadinya Zaenal ganti membawa Suzuki dan Erik membonceng saya.



Setelah puas ambil gambar, kami kembali menuruni jalan berbatu. Di ujung yang menikung kondisi jalan berubah menjadi jalan tanah yang terbelah aliran air yang mengering. Harus pandai-pandai memilih jalur jalan yang tinggi agar tidak terperosok ke aliran air. Jalan terus menurun, saya dan Erik tertinggal jauh, yang lain mulai menghilang dari pandangan.




Di sebuah pertigaan pada LatLon 7°10'11.83"S, 106°28'34.46"E, kami harusnya ke kiri, Erik mengajak saya menuju jembatan melihat Curug Dogdog yang alirannya juga ada di sungai Cimarinjung juga. Kami mengarah ke kanan menuruni bukit kurang lebih 100 meter dan tiba di sebuah jembatan. Saya ingat peta dan jalur yang saya buat, ini jembatan Cimarinjung yang arahnya ke Puncak Darma. Jembatan ini terhitung belum lama dibuat namun besi-besi penghalang tampak hilang digergaji tangan-tangan jahil.



Sekitar 50 meter ke arah hulu tampak sebuah curug dengan ketinggian 20 meteran, Curug Dogdog. Sedangkan ke arah hilir, 10 meter dari kami berdiri merupakan tempat awal jatuhnya air dari Curug Nyelepet, sayang curug ini tidak sempat kami lihat.

Curug Dogdog

Hulu Curug Nyelepet

Selesai berfoto di area jembatan sungai Cimarinjung, saya dan Erik kembali menaiki jalur ke Cimarinjung. Sampai di pertigaan tadi belok ke kanan. Mulai dari sini jalan terus menurun dan semakin curam. Jalur menurun yang berliku yang biasanya sulit dilewati sehabis hujan. Dan sampailah kami pada sebuah jembatan kecil di atas pengairan dengan turunan curam. Erik yang sudah terbiasa menuruni jalan ini turun dengan cepat dan selamat.



Tak jauh sesudahnya, kami pun tiba di perhentian terdekat menuju Curug Cimarinjung.
Pesona Keindahan Teluk Ciletuh


Bersambung ke Curug Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 7
Kembali ke Merubah Rute Perjalanan - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 5

Merubah Rute Perjalanan - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 5

Ekspedisi Teluk Ciletuh 9 - 10 juni 2012 Episode 5


Di rumah Bapak Dedi kami sempat menanyakan kondisi jalan yang dari susunan batu tadi. Diterangkan bahwa tadinya ada perbaikan jalan di wilayah situ sekitar 6 bulan lalu. Namun usaha pelebaran jalan terhenti entah apa sebabnya sehingga jalan yang belum dibatu kembali terkikis air hujan.

Kami juga menanyakan apakah jalan tersebut tembus hingga ke Ciwaru. Kata Erik jalan itu tembus ke Ciwaru. Kira-kira 20 menit saja melewati jalan tanah yang dapat dilalui kendaraan roda dua. Kondisi jalan berupa lintasan tanah dan bebatuan dengan turunan berliku yang lebih curam dari yang sudah kami temui tadi.

Jika mengikuti rute yang dibuat pada rencana awal perjalanan ini
  • rute pertama adalah setelah merekam keindahan Teluk Ciletuh dan mencoba menelusuri jalurnya.
  • rute kedua yakni jalur lewat Ciemas dan Taman Jaya lalu ke Ciwaru baru kemudian melihat Curug Cimarinjung.

Akan tetapi setelah mendengar penjelasan Erik barusan, kami jadi sangat antusias bertanya mengenai jalan tembus menuruni puncak Cimarinjung. Seperti kami ketahui dari Google Earth bahwa posisi Curug Cimarinjung tak jauh dari tempat kami mengambil gambar tadi.

Namun Erik agak ragu memandu kami karena belum pernah lihat motor-motor seperti yang kami pakai melintas melewatinya. Hanya orang kampung Neglasari dan Girimukti saja yang terbiasa bolak-balik menembusnya.

Kami terus dan terus bertanya, mengingat jika ditempuh melalui jalur yang telah direncanakan akan memakan waktu 2 jam lebih lama sedangkan bila melintas jalan tersebut paling lama setengah jam bisa sampai di Ciwaru.

Melihat kami antusias mencoba lintasan itu, akhirnya dengan agak takut Erik mengatakan bahwa kalau bapak yang melintas (sambil menunjuk saya), dia tidak yakin bisa, kalau bapak ini (kali ini dia menunjuk rekan Yance), dia yakin bisa.

Saya tertawa mendengar pernyataannya, wajar dia mengatakan itu melihat saya 2 kali terjatuh sedangkan Yance hanya 1 kali terjatuh.

Kalau begitu tentu bisa dicari solusinya bukan? Saya tetap pada rencana rute awal dan rekan Yance yang mencoba lintasan itu. Namun akhirnya Erik memberikan solusi yang baik. Dia bilang akan
mengajak beberapa temannya besok, supaya ada yang bisa membantu jika terjatuh atau menggantikan membawa Honda Tiger saya. Kami setuju dengan idenya. Terakhir Erik bilang, "Mudah-mudahan tidak hujan Pak! sebab kalau hujan orang kampung sini juga tidak ada yang berani melewatinya".

Dengan demikian rute perjalanan untuk besok kami revisi, dari Kampung Neglasari ke Curug Cimarinjung lalu ke Curug Cikanteh.



Bersambung ke Mencoba Lintasan Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 6
Kembali ke Teluk Ciletuh dari Puncak Cimarinjung - Ekspedisi Teluk Ciletuh Episode 4

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Dedicated for Nusantaride | Designed by Info Mancing